Belajar dari Sang Maestro
Penelitian
bukan sekedar permainan akan data, angka, dan metode saja. Lebih dari itu
penelitian diharapkan mampu membawa dampak perubahan yang besar dan memberikan
sumbangsih lebih terhadap perkembangan ilmu dan pengetahuan. Penelitian sendiri
menjadikan setiap bahan objek penelitian menjadi hal yang sangat berharga untuk
terus digeluti dan diamati perkembangan dari setiap parameter yang telah
ditentukan sebelumnya.
Rabu,
7 November 2012, adalah kali pertama saya mengikuti seminar nasional yang
memiliki tajuk dengan bidang taksonomi, sebuah ilmu yang mempelajari mengenai
teori dari klasifikasi, baik kaidah, maupun prinsip dalam pengelompokan suatu
spesies. Awalnya bagiku terasa sangat canggung, karena begitu banyaknya para
peneliti dari LIPI, yaitu sebuah lembaga pemerintahan non departemen, yang
bergerak dalam bidang penelitian di Indonesia. Ya, nama Kelompok Studi
Herpetologi tentu saja kami bawa dalam pundak-pundak kami, selaku presentator
dalam acara seminar tersebut. Hari itu, saya dan Yonathan menjadi presentator
di hari pertama. Fokus kami memang dalam keanekaragam herpetofauna dan
perbandingan keanekaragaman tersebut dalam jangka waktu 2010, 2011, dan 2012.
Semenjak dari awal kedatangan di Purwokerto, ada perasaan gugup, semua ini
karena merupakan kali pertama saya melakukan presentasi dalam bidang
keanekaragaman, dan taksonomi. Dua hal yang terkadang kebanyakan orang akan
berpikir sulit, dan tidak menyenangkan. Awalnya sayapun juga sama,
identifikasi, penamaan, dan klasifikasi terdengar begitu asing, dan begitu
melelahkan, karena setiap ciri identifikasi harus mampu dipaparkan dan
dibuktikan secara nyata, agar nantinya dapat diperoleh nama spesies sehingga
akhirnya dapat meyakinkan orang lain, bahwa spesies itu benar-benar memiliki
nama spesies sesuai dengan apa yang sudah kita jelaskan dan dari ciri
identifikasinya.
Yonathan sedang mempresentasikan hasil penelitian |
Hari
pertama pembukaan Seminar Nasional Masyarakat Taksonomi Fauna Indonesia IV dan
Kongres Masyarakat Zoologi Indonesia I terasa begitu menyenangkan. Bukan hanya
sekedar datang, begitu banyak alumni Fakultas Biologi UGM datang, beberapa kami
kenal, dan sempat untuk menyapa. Rata-rata mereka saat ini bekerja sebagai peneliti
di LIPI. Begitu menggembirakan, karena kita pun sempat bertemu dengan alumni
KSH UGM yang memiliki fokus dalam penelitian mengenai Varanus komodoensis. Hal yang begitu menarik pula, kami sempat
bertemu dengan Ibu Mumpuni, salah seorang peneliti LIPI dalam bidang
Herpetofauna Indonesia. Kami banyak melakukan diskusi di sela-sela coffee break. Acara pertama seperti pada
lazimnya acara seminar lainnya, dilakukan sesi materi yang banyak disampaikan
terutama mengenai diversitas, kehatian, dan climate
change, serta dampaknya pada keanekaragaman tersebut. Sesi ini berlangsung
begitu tenang, karena setiap peserta mampu memberikan respon positif, dan mampu
saling sharing untuk mengatasi perubahan iklim, dan dampaknya terhadap
keanekaragaman di Indonesia khususnya. Sesi ini banyak diisi oleh profesor-profesor
riset baik dari pihak LIPI, maupun pihak Universitas Jenderal Soedirman. Suatu
kebanggaan bagi kami pada saat itu, dapat bertemu dengan para pakar yang memang
memiliki concern lebih terhadap
masalah kehatian di Indonesia.
Saya |
Menjelang sesi diskusi paralel, ada
sedikit rasa gugup, dan canggung melihat banyaknya guru-guru riset di sini, dan
sedikit sekali mahasiswa yang mengikuti acara tersebut. Sangat kebetulan
sekali, kami berada di ruang yang sama, yaitu ruang Kuliah 4 untuk memaparkan
hasil penelitian tersebut. Di ruangan ini, kami pun sempat bertemu dengan Ibu
Mumpuni yang juga akan memaparkan hasil penelitian beliau mengenai
herpetofauna. Akhirnya tiba giliran untuk saya maju memaparkan hasil penelitian
mengenai Keaneragaman Herpetofauna di Wilayah Kampus UGM Selama 2011-2012:
Pasca Erupsi Merapi 2010. Di awal presentasi ini begitu gugupnya, hingga saya
pun tak mampu mengontrol kecepatan penyampaian presentasi tersebut. Waktu 10
menit yang disedikan pada akhirnya hanya dihabiskan kurang dari 10 menit.
Ya,
tajuk “belajar dari sang maestro” pada akhirnya aku sematkan dalam perjalanan
seminar ini. Bukan hanya pengalaman yang didapat, melainkan ilmu, dan korelasi
yang lebih luas dapat didapat dalam pengalaman seminar ini. Sebagai oleh-oleh
dari perjalanan ini, perasaan senang jelaslah ada, namun lebih menyenangkan
lagi adalah buah tangan yang didapat bukan hanya sekedar buah tangan yang akan
habis dimakan, melainkan ilmu yang bisa dapat terus dilakukan untuk kemajuan
penelitian yang akan dilakukan. Begitu banyak masukan yang diberikan dalam
seminar ini, terutama berasal dari kalangan para peneliti-peneliti ulung
seperti Prof. Gono Semiardi, dan professor riset lainnya.
Dinamika
ilmu dan pengetahuan memang seharusnyalah berjalan sebagaimana gelombang
transversal dan longitudinal dapat saling melengkapi. Buah yang bagus dari
hasil tersebut, adalah perpaduan antara saran, dan hasil pekerjaan yang
nantinya dapat terus dilakukan pembenahan-pembenahan yang dapat menjadikan
sebuah hasil karya penelitian yang mampu benar-benar merepresentatikan capaian
yang diinginkan, dan dapat menjadi kekayaan khasanah ilmu dan pengetahuan.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa hasil
seminar ini begitu banyak memberikan ide dan memberikan ruang kontemplasi
tersendiri untuk kemudian kita terus maju dan memberikan sumbangsih lebih
dengan banyak melakukan penelitian dan menjadikan diri lebih bermanfaat bagi
orang lain. Belajar dari sang maestro haruslah terus ditanamkan, sehingga pada
akhirny kita mampu untuk menjadi maestro bagi orang lain.
Semangat
berjuang, dan semangat berkarya bagi Rakyat Melata, KSH UGM
Semoga
kita dapat memberi kemanfaatan lebih pada diri kita sendiri khususnya, dan demi
orang lain, serta bagi nusa, bangsa, agama, dan kemajuan ilmu serta
pengetahuan…
Saya (kiri) dan Yonathan (kanan) |
Jayalah Almamaterku…
KSH JAYA KSH…
Thank’s To:
-
My Beloved family in KSH ( All Dewan
Senior KSH X, XI, XII, XIII who always give us support in every activity that
we would like to do).
My Partner in this
journey Yonathan and my partner in this paper writing
Iman Akbar Muhtianda, and Diah Fitri E. By: Pramana, A.A.C.
Komentar
Posting Komentar