Turtle Day 2016
Happy World Turtle Day
Menyelami Lebih Dalam Upaya Konservasi Penyu di Pantai Pelangi
Tanggal 28 Mei 2016 lalu, KSH membuat sebuah even di Pantai Pelangi,
Bantul, DIY untuk memperingati World
Turtle Day atau Hari Kura- kura dan Penyu Sedunia yang dirayakan setiap
tanggal 23 Mei.
Sebelumnya tahukah
mengapa tanggal 23 Mei dijadikan sebagai World Turtle Day? Perayaan ini dicetuskan oleh American Tortoise Rescue pada tahun 2000
silam dilatar belakangi oleh rusaknya bumi yang menyebabkan
banyak binatang semakin langka, terlebih lagi kura-kura dan penyu. Kerusakan
tersebut mengakibatkan hilangnya habitat
kura-kura. Manusia juga mengambil andil
sebagai penyebab kerusakan habitat dan
penurunan jumlah kura-kura
karena perburuan dan eksploitasi. Pencetusan hari penyu dan kura-
kura ini bertujuan untuk menarik perhatian warga dunia
terhadap keberadaan penyu dan kura- kura serta
mendorong manusia untuk menyelamatkan spesies yang terancam. Hari penyu dan
kura- kura
sedunia dirayakan di seluruh dunia pada 23 Mei dengan berbagai cara, mulai dari
gerakan sosial, pembelajaran mengenai kehidupan kura-kura dan penyu dan hal-hal
kreatif lainnya. Sudah
taukan sedikit tentang sejarahnya. J
Nah, dalam
even yang diselenggarakan oleh KSH ini, pada hari Sabtu sore, kami tiba di lokasi penangkaran
penyu Pantai Pelangi, Bantul DIY.
Disini kami melakukan wawancara
dengan seorang
konservans penyu di Pantai Pelangi yaitu bapak Dasudi. Beliau adalah
ketua TPI di Pantai Pelangi dan juga
mengurus penangkaran penyu di tempat tersebut.
Dalam wawancara ini kami mendapatkan
informasi mengenai sejarah penangkaran tersebut. Dahulu, perburuan telur penyu sangat marak
dilakukan oleh warga sekitar
pantai karena kepercayaan warga setempat mengenai khasiat dari telur tersebut.
Eksploitasi ini sangat mengancam kelestarian penyu dan dapat mengganggu ekosistem laut, karena
berkurangnya predator dari ubur- ubur di pantai tersebut. Dari sinilah bapak
Dasudi bersama rekan- rekan beliau secara perlahan mengajak masyarakat sekitar untuk menengok
pentingnya kelestarian penyu dan
secara besama- sama menjaga kelastarian penyu. Pada akhirnya, saat ini pencarian telur penyu,
tidak untuk didistribusikan dan dikonsumsi melainkan untuk dikumpulkan
dan ditetaskan di penangkaran. Meskipun
para pencari telur tersebut mengumpulkan telur ke penangkaran dengan sejumlah
imbalan, tetapi dengan adanya
sistem inilah dapat menyelamatkan telur penyu dari ancaman di sekitar pantai.
Bapak Dasudi juga memaparkan bahwa saat ini di penangkaran
terdapat tukik-tukik kecil yang baru menetas berumur sekitar dua
hari, beberapa sarang penyu semi alami, dan tiga ekor penyu yang berumur
dua tahun. Menurut penjelasan
beliau, beliau memelihara penyu berumur dua tahun tersebut karena beliau ingin
melakukan penelitian mengenai pelepasan penyu pada usia lebih dewasa, serta
beliau memiliki mimpi untuk memasang detektor pada penyu- penyu tersebut di
kemudian hari untuk diteliti diagram silsilah dari penyu berumur dua tahun tersebut di masa mendatang. Beliau mengatakan bahwa ada
pihak kebun binatang Gembira Loka yang mengenalkan detektor tersebut kepada
beliau.
Pada wawancara ini kami mendapatkan berbagai ilmu
yang bermanfaat mengenai arti penting sebuah
konservasi. Dan juga, Pak Dasudi
berharap upaya konservasi penyu dapat semakin berkembang, diteruskan oleh
generasi muda dari berbagai aspek pelestarian, dari upaya sederhana yang beliau
lakukan pengenalan “dari mulut ke telinga”, bisa berlanjut dengan pengenalan
“dari jari ke mata”.
Setelah wawancara bersama nara sumber, acara
dilanjutkan dengan diskusi ringan mengenai upaya konservasi penyu yang telah
dilakukan di penangkaran ini, serta mengenai konservasi penyu secara global
dari berbagai sudut pandang. Salah satu hal yang didiskusikan yaitu adanya
penyu berumur dua tahun yang dipelihara di penangkaran ini. Hal ini
menjadi topik diskusi kami mengenai baik tidaknya tindakan pemeliharaan tersebut.
Dilihat dari pandangan
masyarakat ilmiah tindakan tersebut tidak sesuai kode etik
yang ada, yang diketahui bahwa penyu merupakan spesies dilindungi baik dalam
undang- undang nasional maupun kesepakatan internasional, terlebih penangkaran
yang ada saat ini masih belum cukup memadai dari segi fasilitas pengembangan
dan penelitian. Tetapi jika
dilihat dari pandangan yang lebih luas, pemeliharaan penyu- penyu tersebut dapat menjadi langkah awal untuk mengembangkan upaya
kelestarian penyu jika dilakukan
penelitian berkelanjutan yang sesuai dengan metode- metode ilmiah. Kita sebagai masyarakat ilmiah haruslah
mengamalkan ilmu yang telah kita peroleh untuk kebermanfaatan masyarakat dan
lingkungan, salah satunya yaitu berupaya untuk ikut andil dalam penelitian dan
pengembangan konservasi penyu, membantu orang- orang seperti bapak Dasudi yang
sangat peduli dengan kelestarian lingkungan, kususnya kelestarian penyu.
Jadi, ayo para
generasi muda yang kaya akan ide- ide
penelitian dapat menyumbangkan ilmu, pengalaman, dan kemampuan untuk melakukan
penelitian- penelitian demi menjaga
kelestraian baik penyu maupun kura-kura.
Setelah
diskusi tersebut, sekitar pukul
22.30 WIB kami melakukan susur pantai bersama bapak Dasudi untuk
memantau adanya penyu yang mendarat di pantai tersebut. Dalam susur pantai ini
kami harus tenang agar penyu yang ingin naik ke daratan tidak merasa terancam dan tetap membuat sarang di
pantai ini. Walaupun kami belum
menemukan penyu mendarat pada
malam itu, kami merasa senang dapat ikut serta dalam sedikit kegiatan konservasi penyu. Pada keesokan pagi kami melakukan beberapa permainan untuk penutupan even dan menikmati indahnya Pantai Pelangi.
Komentar
Posting Komentar